Banyak Mengingat Kematian
Banyak Mengingat Kematian
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.”(QS. An Nahl:61).
Takut atau menghindar dari kematian bukanlah solusi bijak dalam menghadapi ajal. Semaksimal apa pun usaha yang dilakukan,kematian tidak mungkin bisa dihindarkan. Bahkan andaikan bersembunyi dalam benteng yang sangat kokoh yang semut saja tidak bisa menembusnya,tapi malaikat pencabut nyawa akan dengan mudah menemuinya.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78). Tak mungkin ada orang yang bisa lari dari kematiannya.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Seorang muslim harus menyongsong kematiannya dengan menyiapkan bekal sebanyak mungkin. Karena perjalanan setelah kematian itu sangatlah panjang dan melelahkan sekali yang berujung pada tempat kebahagiaan atau terpaksa harus mampir di tempat penyiksaan yang sangat pedih,yakni neraka. Bekal kematian menjadi masalah yang menakutkan daripada kematian itu sendiri. Dengan bekal yang cukup,maka kematian menjadi awal kenikmatan yang sebenarnya. Sedangkan minimnya bekal menjadi tanda petaka segera dijumpai setelah kematian terjadi. Dan bekal terbaik yang bisa dibawa setelah kematian adalah ketakwaan kepada Allah Swt.
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 197). Bahkan Allah Swt ciptakan manusia untuk menghuni alam semesta ini tujuan utamanya adalah beribadah,yaknihome
search
edit
notifications
dehaze
suhari
Belum menuliskan informasi profilenya. Selengkapnya
15 Following 76 Follower
Follow
Navigasi Web
551.Banyak Mengingat Kematian
551.Banyak Mengingat Kematian
31 Jul @Kolom
Setiap yang hidup atau bernyawa pasti akan mati kecuali Allah Swt. Allah Swt adalah Dzat Pencipta kehidupan dan kematian,maka hanya Dia saja yang akan hidup selama-lamanya atau kekal. Sedangkan selain Dia sudah pasti akan hancur atau mati ketika ajalnya telah tiba. Dan yang berhak menentukan ajal adalah yang menciptakan kehidupannya,yakni Allah Swt. Ajal tidak bisa maju juga tidak bisa mundur dari ketetapan yang ada.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukannya.”(QS. An Nahl:61).
Takut atau menghindar dari kematian bukanlah solusi bijak dalam menghadapi ajal. Semaksimal apa pun usaha yang dilakukan,kematian tidak mungkin bisa dihindarkan. Bahkan andaikan bersembunyi dalam benteng yang sangat kokoh yang semut saja tidak bisa menembusnya,tapi malaikat pencabut nyawa akan dengan mudah menemuinya.
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78). Tak mungkin ada orang yang bisa lari dari kematiannya.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
Seorang muslim harus menyongsong kematiannya dengan menyiapkan bekal sebanyak mungkin. Karena perjalanan setelah kematian itu sangatlah panjang dan melelahkan sekali yang berujung pada tempat kebahagiaan atau terpaksa harus mampir di tempat penyiksaan yang sangat pedih,yakni neraka. Bekal kematian menjadi masalah yang menakutkan daripada kematian itu sendiri. Dengan bekal yang cukup,maka kematian menjadi awal kenikmatan yang sebenarnya. Sedangkan minimnya bekal menjadi tanda petaka segera dijumpai setelah kematian terjadi. Dan bekal terbaik yang bisa dibawa setelah kematian adalah ketakwaan kepada Allah Swt.
وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa, dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”. (Q.S. Al-Baqarah: 197). Bahkan Allah Swt ciptakan manusia untuk menghuni alam semesta ini tujuan utamanya adalah beribadah,yakni mengumpulkan pahala sebagai modal atau bekal menuju kehidupan setelah kematian di dunia. Seluruh waktu atau umurnya seharusnya digunakan untuk mencari bekal tersebut. Tidak ada yang lebih penting dari mengumpulkan bekal tersebut. Semua aktifitas diniati dalam rangka bisa menjadi bekal yang kelak bermanfaat.
Seseorang akan semangat menyiapkan bekal ketika menjadikan kematian selalu didepan matanya. Selalu ingat mati menjadi hiasan dalam hidupnya. Begitu pentingnya ingat mati ini sehingga Nabi saw mengingatkan umat Islam lewat sabda beliau yang agung. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ
“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai,Tirmidz,Ibnu Majah,dan Ahmad).
أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi). Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia. Mengingat mati termasuk indikator orang yang cerdas.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».
“Dari Ibnu ‘Umar ra, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah saw, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah).
Dalam mengingat kematian haruslah penuh penghayatan sehingga sanggup memberikan efek positif. Mengingat kematian harus bisa membangkitkan semangat untuk beramal lebih baik lagi,bukan justeru semakin malas-malasan. Harus ada pemahaman yang benar tentang apa dibalik kematian yang pasti akan dialaminya. Sebagai tambahan renungan ketika mengingat kematian,apa yang disampaikan sahabat mulia Abu ad-Darda’ ‘Uwaimir bin Malik ra (32H) patut menjadi pedoman. Beliau berkata bahwa peristiwa setelah kematian sangatlah mengerikan dan berat sekali.
لو تعلمون ما أنـتم راؤون بعد الموت لما أكلتم طعاما على شهوة، ولا شربتم شرابًا على شهوة، ولا دخلتم بيتًـا تسكنون فيه
ولخرجتم إلى الصعيد تضربون صـدوركم، وتبكـون على أنفسـكم، ولوددت أني شجرة تعضد ثم تؤكل.
“Sekiranya kalian mengetahui apa yang akan kalian lihat setelah kematian, pasti kalian tidak akan lagi bernafsu untuk makan, minum, tidak ada lagi keinginan kalian untuk berteduh serta istirahat di dalam rumah. Kalian akan keluar menuju tempat yang tinggi dan memukul dada-dada kalian serta menangisi diri kalian sendiri. Sungguh, aku lebih senang menjadi sebatang pohon yang dikunyah kemudian ditelan.” (Mausu‘ah Ibnu Abid Dunya,5/221). Semoga kita termasuk orang yang cerdas dengan banyak mengingat mati dengan menyiapkan bekal untuknya. Amin []
Posting Komentar untuk "Banyak Mengingat Kematian"